7 Nov 2010

laporan kapang kamir


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Penggunaan jamur (cendawan, kapang, dan khamir) dalam kehidupan kita sehari-hari bukanlah hal yang baru, apakah itu menyangkut proses fermentasi sederhana, atau proses fermentasi yang berkembang sampai ke skala industri. Beribu-ribu tahun lalu, tanpa sadar, manusia sudah memanfaatkan kapang dan khamir untuk menghasilkan makanan tertentu dan juga untuk mengawetkan aneka bahan pangan. Contohnya adalah yoghurt, anggur, kefir, aneka tempe, oncom, keju khusus, dan lain sebagainya. Rasa dan aroma bahan pangan yang ditumbuhi kapang atau khamir disukai oleh banyak bangsa karena rasanya yang enak dan aromanya yang khas. Pengalaman membuktikan bahwa makanan fermentasi tradisional yang berjamur itu tidak racun, sehingga manusia berusaha untuk selalu membuatnya dengan proses perlakuan yang sama agar produk yang diperolehnya sama pula. Mereka tidak mengetahui sama sekali bahwa aktivitas jamur dapat menyebabkan perubahan pada bahan pangan mereka. Apabila timbul suatu bau yang busuk baru mereka katakan, bahwa pangan tersebut sudah rusak dan tidak akan mereka konsumsi lagi. Teknologi yang menggunakan khamir misalnya, merupakan aplikasi sains tertua yang dapat ditelusur dan telah ditemukan kurang lebih 6000 tahun lalu di Mesir.
B.     Rumusan Masalah
1.       Bagaimana bentuk dan jenis jamur yang terdapat pada suatu sampel?
2.       Bagaimana bentuk, morfologi, jenis dan karakter dari jamur murni Aspergillus niger, Mucos sp, Rhizopus oligosporus dan Penicillium crysogenum dan sampel bolu berjamur, ikan goring ber jamur, kulit durian berjamur dan biscuit berjamur dengan menggunakan metode makroskopik   
C.     Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami morfologi kapang dan khamir secara makroskopik., mikroskopik, dan slide culture.
D.     Tujuan Percobaan
Untuk mengamati morfologi jamur murni Aspergillus niger, Mucos sp, Rhizopus oligosporus dan Penicillium Crysogenum  dan sampel berjamur seperti bolu, ikan goring, kulit durian dan biscuit dengan menggunakan metode mikroskopik langsung, slide cultur dan makroskopik


E.      Manfaat Praktikum
Agar dapat mengetahui bentuk morfologi suatu jamur pada suatu sampel dengan menggunakan metode mikroskopik langsung, makroskopik dan slide culture

BAB  II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Teori Umum
Istilah petumbuhan sebagaimana yang digunakan pada bakteri mengacu pada perubahan populasi total dan bukannya perubahan dalam suatu organisme saja. Tambahan pula, pada kondisi pertumbuhan seimbang ada suatu pertambahan semua komponen selular secara teratur. Akibatnya, pertumbuhan dapat ditentukan tidak hanya dengan cara mengukur jumlah sel tetapi juga dengan mengukur jumlah berbagai komponen selular (Pelzar, 2001)
Identifikasi mikroba adalah salah satu tugas yang lazim dilakukan dalam laboratorium mikrobiologi. Dilaboratorium diagnostik  penyakit, isolasi dan perincian mikroba yang bersal dari penderita penyakit harus dilaksakan dengan cepat dan tepat sehingga  pengobatan dapat diberikan  sedini mungkin.   Perincian mikroorganisme yang diisolasi dari makanana atau minuman yang terlibat dalam pencemaran harus dilakukan secapat mungkin agar wabah keracunan akibat makan dabn minuman yang tercemar dapat dihentikan (Lay Bibiana, 1994)
Jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk benang, multiselluler, tidak berklorofil. Jamur berkembangbiak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi dengan tiada perkawinan ialah (Natsir, dkk , 2003).
1.     Spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok kecil-kecil, masing-masing mempunyai membran inti sendiri.
2.    Konidiospora, yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hife berbelah-belah seperti tasbih.
3.    Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat membesar serta berdinding tebal; bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut klamidiospora.
4.    Jika bagian miselium-miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka bagian-bagian itu disebut artrospora.
Secara umum fungi dapat dibagi menjadi dua kelompok  berdasarkan atas tipe selnya yaitu (Pelczar,2001) :
1.     Fungi bersifat uniselluler (khamir)
2.    Fungi yang bersifat multiselluler (kapang)
           Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa ( tunggal = hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari hifa disebut miselium ( tunggal = mycelium, Jamak = mycelia) (Pelczar,2001).
           Khamir (“yeast”) adalah fungi bersel satu yang mikroskopik, beberapa generasi ada yang membentuk miselium dengan percabangan. Khamir hidupnya sebagian ada yang saprofit dan ada beberapa yang parasitik. Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang  1-5 μm sampai 20-50 μm, dan lebar 1-10 μm.  (Pelczar,2001).
           Khamir termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang bersifat uniseluler. Reproduksi khamir tertutama dengan cara pertunasan. Sebagai sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat jika dibandingkan dengan kapang karena mempunyai perbandingan luas permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisiologinya dan tidak atas perbedaan morfologinya seperti pada kapang. Beberapa kapang tidak membentuk spora dan digolongkan ke dalam fungi imperaktif dan yang lain membentuk spora seksual sehingga digolonggakn ke dalam Ascomycetes dan Basidiomycetes (Natsir, dkk ; 2003).


B.     Uraian Bahan
1.     Gliserol 10 % (Dirjen POM,1979)
Nama resmi                :  Glyserolum
Sinonim                       :  Gliserin
RM / BM                     :  C3H8O3    /  92,10 
Pemerian                    : Cairan seperti sirup jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat.
Kelarutan                   : Gliserol dapat  dicampur  dengan  air  dan dengan  etanol 95% P     
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                    :  Sebagai zat pemberi kelembaban
2.    Asam tartrat (Dirjen POM,1979)
Nama resmi                :  Tartrat acid
Sinonim                      :  Asam tartrat
RM                             :  C4H6O6  
Pemerian                    : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih , tidak berbau, rasa sangat asam.
Kelarutan                   : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut   dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam eter P.
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                    :  Sebagai zat pemberi suasana asam
3.    Air suling (Dirjen POM,1979)
Nama resmi                :  Aqua destillata
Sinonim                       :  Aquadest, air suling
RM / BM                     :  H2O / 18,02
Pemerian                    : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, Tidak berasa.
Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan                    :  Sebagai pelarut.
4.    Metylen Blue (Paul G.Stecher,1968)
Nama Resmi                :  Metylen blue
Sinomin                       :  Biru Metil
RM / BM                     :  C37H27N3Na2O9S3 / 799,80
Pemerian                     :  Serbuk biru gelap
Kelarutan                              : Larut dalam air
Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                     : Sebagai pewarna.



C.     Uraian Mikroba
        1.     Aspergillus niger (Wikipedia Indonesia)
    Ø  Klasifikasi
Domain         : Eukaryota
Kingdom       : Fungi
Phylum         : Ascomycota
Subphylum   : Pezizomycotina
Class            : Eurotiomycetes
Order                   : Eurotiales
Family                   : Trichocomaceae
Genus          : Aspergillus
Species       : Aspergillus niger
   Ø  Morfologi  (wikipedia indonesia)
Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37ºC, dengan suhu minimum 6-8ºC, dan suhu maksimum 45-47ºC. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya kapang ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). Aspergillus niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidianya berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur.
           2.    Rhyzopus sp (Wikipedia Indonesia)
    Ø  Klasifikasi
 Kingdom       : Fungi
Class            : Zygomycetes
Order                   : Mucorales
Family                   : Mucoraceae
Genus          : Rhizopus
Spesies       : Rhyzopus Oryzae
Ø  Morfologi  (Dwidjoseputro,1998)
Rhyzopus  banyak menyeruopai Mucor hanya miselium Rhyzopus terbagi–bagi atas stolon, yang menghasilkan alat–alat berupa akar (rhyzoida), sporangiofor. Sebagai saprofit pada beberapa spesies dan sebagain sebagaim parasit.
            3.    Penicillium chrysogenum (Wikipedia Indonesia)
     Ø     Klasifikasi
Kingdom       : Fungi
Division       : Ascomycota
Subdivision  : Pezizomycotina
Class           : Eurotiomycetes
Order          : Eurotiales.
Family          : Trichocomaceae
Genus          : Penicillium
Spesies       : Pennicillium chrysogenum
    Ø  Morfologi (Suriawiria,1986)
         Kapang ini memiliki kepala konidium yang khas dan mudah dibedakan. Sama seperti aspergillus tetapi perbedaan terletak dalam susunan konidianya. Merupakan penghasil penicillin
  4.    Mucor sp  (Wikipedia Indonesia)
   Ø  Klasifikasi
Kingdom       : Fungi
Division       : Zygomycota
Class            : Zygomycetes
Order                   : Mucorales
Family                   : Mucoraceae
Genus          : Mucor
Spesies       : Mucor sp
  Ø  Morfologi (Buchanan, 1974)
          Kebanyakan hidup sebagai saprofit pada sisa tumbuhan dan hewan, jarang sekali hidup sebagai parasit. Kebanyakan memiliki miselium yang bercabang, sebagian tidak bersekat tetapi untuk golongan tertentu telah memperlihatkan sekat-sekat. Dinding selnya terdiri atas kitin. Terdapat gametangiogami.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM

A.     Alat Yang Dipakai
Batang V, Botol Semprot, Botol pengencer, Cawan petri steril, Deg Gelas, Hand spayer, Jarum preparat, Kertas saring, Lampu spirtus, Mikroskop, Ose bulat, Objec gelas, Pipet tetes, Spoit.
B.     Bahan yang digunakan
Air suling steril, Alkohol 70%, Asam  tartrat, Gliserol 10%, Kapas, Kertas label, Kertas saring, kulit durian berjamur, Medium NA (Natrium Agar), Medium PDA (Potato Dextrosa Agar), Metilen blue, Penicillin chrysogenum, Tissue,
C.     Cara Kerja
1.     Pembuatan Medium
Ditimbang medium PDA sebanyak 9,75 gram kemudiaan masukkan dalam Erlenmeyer lalu tambahkan aquadest sebanyak 250 ml, aduk lalu panaskan sampai homogen, kemudian sterilkan didalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit


2.    Peremajaan Jamur
Disiapkan medium PDA miring kemudian dinokulasikan jamur murni secara aseptis kedalam medium miring lalu digoreskan secara zig-zag.
3.    Pengujian Kapang Khamir
a.       Secara Makroskopik
1.     Metode Tuang
Dimasukkan suspensi biakan jamur bolu ke dalam tabung reaksi steril sebanyak 1 ml menggunakan ose bulat kemudian tuang kedalam capet steril kemudian dimasukkan medium PDA sebanayak 10 ml dan ditambahkan Asam tatrat 1-2 tetes kedalam cawan petri yang berisi suspensi sampel bolu berjamur lalu dihomogenkan membentuk angka delapan dan dibiarkan sampai memadat. Kemudian diinkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu kamar di enkas, lalu diamati bentuk permukaan, warna koloni, bau khas, titik pusat permukaan (radial furrow), daerah pertumbuhan (growing zone), zonation, titik cair-cair pada permukaan (exudates drops) dan latar belakang warna koloni (reverse of colony), Kemudian digambar. Dialkukan hal yang sama pada untuk sampel Aspergilus niger.
2.    Metode Gores
Dispoit medium PDA sebanyak 10 ml lalu ditambahkan asam tatrat sebanyak 1-2 tetes. Masukkan kedalam cawan petri steril, kemudian di homogenkan dan dibiarkan memadat. Setelah memadat, diambil 1 ose biakan murni jamur lalu inokulasikan ke dalam cawan petri, gores dengan cara zig-zag. Lalu inkubasi selama 3 x 24 jam pada suhu kamar di engkas.
B.    Secara Mikroskopik Langsung
1.     Sampel Bolu
Disiapkan objek glass, kemudian diambil satu ose sampel bolu, ditempatkan di atas objek glass dan kemudian ditetesi dengan metylen blue sebanyak 1 tetes atau safranin 1 tetes. Preparat ditutup dengan dek glass kemudian diamati morfologinya dengan mikroskop dengan dimulai perbesaran terkecil, kemudian digambar bentuk morfologinya. Dilakukan hal yang sama untuk sampel yang lain seperti kulit durian, ikan goreng dan biscuit berjamur.
2.    Sampel jamur murni Aspergillus niger
Diambil satu ose sampel jamur murni Aspergillus niger tempatkan di atas objek glass, kemudian ditetesi dengan metylen blue sebanyak 1 tetes atau safranin 1 tetes. Preparat ditutup dengan dek glass kemudian diamati morfologinya dengan mikroskop dengan dimulai perbesaran terkecil dan kemudian digambar bentuk morfologinya. Dilakukan hal yang sama untuk jamur Mucos sp, Rhizopus oligosporus dan Penicillium Crysogenum.
C.    Secara Mikroskopik Tidak Langsung (Slide Culture)
Disiapkan cawan petri, lalu dimasukkan kertas saring ke dalamnya. Di atas kertas saring tersebut diletakkan batang V yang terbuat dari aluminium foil dan kemudian di atas batang V ini diletakkan objek dan dek glass. Selanjutnya disterilkan dalam oven kemudian setelah steril  diambil suspensi jamur (Bolu) 1 ose lalu digores pada objek glass dan di tetesi dengan medium PDA lalu di tutup dengan deg glass kemudian dimasukkan Gliserol 10% sebanyak 10 ml sampai membasahi kertas saring. Kemudian cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 3 x 24 jam (pada suhu kamar) di enkas dan dilakukan pengamatan pada hari ke-3 kemudian diamati di bawah mikroskop kemudian digambar. Dilakukan hal yang sama untuk sampel yang lain seperti kulit durian, ikan goreng dan biscuit berjamur.



B.Pembahasan
Sifat dari fungi antara lain mempunyai inti sel, memproduksi spora dan tidak mempunyai klorofil sehingga tidak melakukan fotosintesiss serta dinding selnya tersusun atas selulosa atau kitin atau keduanya.
Fungi terdiri atas 2 golongan yaitu kapang dan khamir, Fungi mempunyai berbagai macam penampilan tergantung dari spesiesnya.  Cendawan terdiri dari kapang dan khamir, kapang ini bersifat filamentis dan multiseluler atau bersel ganda  sedangkan khamir biasanya uniseluler  atau bersel tunggal. Perbedaan utama dari keduanya adalah khamir merupakan sel tunggal (Uniseluler) sedangkan kapang bersel ganda (Multiseluler). Perbedaan lainnya yaitu kapang mempunyai filamen yang berbentuk benang dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan, apabila organisme tersebut merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium lainnya.
 Kapang membentuk miselium dan berbagai  bentuk spora, kelompok kapang sering dipilih berdasarkan spora aseksualnya, bentuk filamen dari kapang adalah panjang yang disebut sebagai hifa, hifa mempunyai dua struktur yaitu berspekta dan tidak berspekta  sedangkan khamir tidak mempunyai filamen dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan apabila organisme tersebut hidup sebagai parasit atau patogen dalam jaringan, dan bereproduksi melalui pertunasan atau pembelahan sel, bentuk koloni mirip dengan bakteri.
Pada percobaaan kali ini digunakan medium Medium PDA (Potato Dekstrosa Agar) berdasarkan susunannya merupakan medium organik semi alamiah atau semi sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang ditambah dengan senyawa kimia; berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat karena mengandung agar yang memadatkan medium; berdasarkan kegunaannya merupakan medium untuk pertumbuhan jamur. Medium PDA terdiri dari kentang yang berfungsi sebagai sumber energi, nitrogen organik, karbon dan vitamin, dekstrosa sebagai sumber karbon, agar sebagai bahan pemadat medium dan aquadest sebagai pelarut untuk menghomogenkan medium dan sumber O2.
Pada praktikum ini digunakan beberapa larutan kimia, yaitu asam tatrat digunakan untuk memberikan suasana asam, karena fungi mudah tumbuh pada suasana asam, sedangkan maksud dari penambahan gliserol pada kertas saring yaitu untuk memberikan kelembapan dimana fungi ditumbuhkan. Penggunaan kertas saring agar gliserol yang diberikan dapat tersimpan pada kertas saring, karena kertas saring dapat menyerap gliserol sehingga kelembapan tetap terjaga. Digunakan batang V bertujuan agar dek dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan kertas saring yang telah ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik.
          Adapun metode yang digunakan didalam percobaan kali ini yang terdiri atas metode slide kultur (untuk mikroskopik langsung) dengan menggunakan  sampel dari biakan murni jamur (penicillium, Aspergillus niger, Mucor sp, dan Rhizopus chrysogenum),  pada metode ini objek gelas diletakan diatas batang v gunanya untuk menghindari objek gelas dan deg gelas berhubungan langsung dengan kertas saring yang telah dibasahi dengan gliserol sehingga fungi dapat tumbuh dengan baik. Dan untuk mikroskopik secara tidak langsung digunakan sampel jamur yang terdapat pada bahan-bahan makanan seperti Ikan, biscuit, kulit durian, dan kue bolu.
          Pada praktikum morfologi kapang dan khamir dilakukan dengan 3 prosedur yaitu : makroskopik, slide culture, dan mikroskopik langsung.
          Secara makroskopik dilakukan dengan menggunakan sampel Aspergillus niger, Mucor sp, Penicillin chrysogenum dan Rhisopus sp
1.     Aspergillus niger diperoleh hasil :
Bentuk permukaan beludru,  warna koloni hijau, berbau khas, memiliki radial furrow, tidak memiliki growing zone, memiliki zonation, tidak ada exudate drops, dan reserve of colony berwarna putih
2.    Mucor sp secara diperoleh hasil :
Bentuk permukaan beludru,  warna koloni hijau, berbau khas, memiliki radial furrow, tidak memiliki growing zone, memiliki zonation, memiliki exudate drops, dan reserve of colony berwarna putih
3.    Penicillin chrysogenum diperoleh hasil :
       Bentuk permukaan beludru,  warna koloni hijau, berbau khas, tidak memiliki radial furrow, terdapat growing zone, memiliki zonation, memiliki exudate drops, dan tidak memiliki reserve of colony
4.    Rhisopus sp diperoleh hasil :
       Bentuk permukaan beludru,  warna koloni hijau, berbau khas, tidak memiliki radial furrow, tidak memiliki growing zone, memiliki zonation, tidak memiliki exudate drops, dan reserve of colony berwarna putih kekuningan
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sutrisno, R. 1998. Taksonomi Spermatophyta Untuk Farmasi edisis I. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila: Jakarta.

Bibiana, W, Lay. 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. PT. Raya Grafindo Persada: Jakarta.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta.

Dwidosaputro, D. 1998. Dasar - Dasar Mikrobiologi edisi 13. Djambatan: Jakarta.

Natrsir. dkk. 2003. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanudin : Makassar

Pelezaer Jr. Michael, ECS Chan. 2001. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia : Jakarta.

Suriawiria, Unus, (1986), ‘Pengantar Mikrobiologi Umum, Angkasa’, Bandung.  

Sneath, P. H. A., 1986,”Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology”, Volume 1 dan 2, William and Wilkins, Baltioure, USA
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar